14 Feb 2008
Teryata, mahasiswa Universitas Negeri Malang tidak hanya terampil dalam dunia pendidikan mengingat dalam setiap harinya selalu mendapatkan pendidikan untuk menjadi seorang Guru, yang nantinya mengajar murid-muridnya dengan berbekal ilmu yang didapatnya saat ini.
Belum lama ini kira-kira masih dalam tahun 2007 akhir, sebuah komunitas atau yang biasanya ada di sebuah kampus akbrab dengan panggilan UKM (unit kegiatan mahasiswa).
berikut lawakan dari mereka:
“Bahasa Indianya aku cinta padamu apa?,” tanya Mukidi. “Main tumse pyaar kartahoon,” sahut Rohit.
“Kalau aku benci kamu?,” tanya Durasim gantian. “Main tumse nafrath kartahoon,” jawab Rohit percaya diri.
“Kalau, aku naik pesawat terbang dari Malang ke Jakarta, terus duduk di kursi. Aku ngantuk trus nyenggol gelas, gelasnya jatuh. Apa bahasa Indianya,” tanya Mukidi lagi. “Pyar-pyar tumpahe,” sahut Rohit sekenanya seraya tangannya melenggak-lenggok seperti penari India.
Gelak tawa ketiga personel Sumeh bersama rekan-rekannya yang menonton menghentikan sejenak latihan informal di markas UKM Blero, siang kemarin. Mereka melontarkan guyonan-guyonan ke sesama rekannya sambil duduk-duduk di bangku kayu. Menjalin komunikasi dan bercanda di mana pun berada menjadi salah satu cara komedian UM ini menjaga kekompakan saat manggung nanti.
Mereka menyatakan “Latihannya begini ini. Yang penting komunikasi terus menerus,” kata Mukidi yang bernama asli Deny Eko Wicaksono ini.
Dari wajah dan penampilan fisik para pelawak muda ini, sudah ada modal yang membuat orang terpancing untuk tersenyum. Mukidi berwajah orang kebanyakan. Rambutnya keriting dan kulitnya agak legam. Mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sejarah angkatan 2000 ini juga mengaku sebagai orang desa asal Bojonegoro. Logat bicaranya pun Jawa asli.
Dia bisa berakting terus-menerus menampilkan wajah lugu orang desa. Termasuk wajah mlongo ketika mendengarkan orang bicara. “Makanya, karakter peran saya adalah orang desa yang identik dengan ketertinggalan. Orang Indonesia sebenarnya kan banyak yang seperti peran saya. Jadi gak usah isin-isin (malu-malu),” kata Mukidi.
Durasim lain lagi. Pemilik nama asli Hadi Purnomo ini punya modal lucu karena bentuk wajahnya yang memanjang dengan janggut lancip. Namun dia memaksa berpenampilan serius. Sehingga sangat antagonis. Dia pun kebagian sosok dengan karakter serius dan sok tua. Penampilannya nanti dipoles dengan mengenakan kumis lebar dan tebal plus kacamata besar.
“Tokoh saya ini pokoknya jadi peran yang tua-tua. Ya pak RT, pak lurah, atau bapak dari anak-anak ini,” kata Durasim menunjuk dua rekannya.
Sedangkan Rohit juga sudah punya modal fisik untuk memancing senyum. Lajang bernama asli Nur Kholiq ini berwajah tipis, lebih mirip anak-anak. Hidung mancung dan senyum yang lebar cukup pas dengan perannya sebagai orang India asal Magelang. Dengan kemampuan bahasa India yang pas-pasan, mahasiswa jurusan seni desain ini cocok dengan sosok berkarakter India. Apalagi dalam penampilannya nanti dia selalu berkostum dengan ciri khas India.
“Rohit itu kan salah satu tokoh di film-film India masa kini. Kalau dulu ada Kapoor, tuan Takur, sekarang nama Rohit lagi ngetren,” kata pengagum pelawak Kelik Pelipur Lara ini.
Mukidi mengatakan, tim Sumeh menjadi satu-satunya tim pelawak dari Malang yang bakal ikut Audisi Pelawak Indonesia (API) ke-4 yang ditayangkan salah satu televisi swasta. Bersama empat tim lain dari Jatim (dua dari Pasuruan dan dua tim dari Surabaya), mereka akan bersaing dengan 20 tim lain dari seluruh wilayah Indonesia.
“Kami nanti sistem gugur. Setiap tampil, bakal ada penggosongan (istilah eliminasi dalam API),” kata Mukidi yang hendak berangkat ke Jakarta bersama dua rekannya kemarin sore.
Durasim menambahkan, dalam audisi pertama di Surabaya, mereka berhasil menyisihkan sekitar 120 peserta dari seluruh Jatim. Grup yang baru berdiri pertengahan Januari 2008 ini juga bisa mengantongi nilai nomor dua tertinggi dari 120 peserta. “Kami tampil tiga kali dalam audisi di Surabaya. Akhirnya lolos ke Jakarta,” ungkap pengagum Kartolo Cs ini.
Untuk script lawakan, Rohit mengatakan dibuat sederhana dan tidak kaku. Sebab di atas panggung nanti, lawakan lebih banyak bergantung pada kreasi spontanitas dan pemikiran cepat. “Kami memang dituntut cepat dan reaktif. Susahnya melawak kan itu,” katanya.
Terkait jenis lawakan, lanjut Rohit, lebih banyak mengandalkan kata-kata plesetan dan sebisa mungkin meminimalisir lawakan fisik. Materinya pun diupayakan bersifat kritis membangun dan akademis. Dia dan rekannya juga menghindari lawakan-lawakan porno. “Lawakan kata-kata itu lumayan sulit lho,” kata Rohit.
Apa motivasi mereka ikut API? Durasim mengatakan, saat ini pelawak muda di Malang hampir tidak ada. Sepinya pelawak Malang itu setidaknya bisa dilihat dari tayangan di televisi. Dengan kondisi itu, Sumeh ingin melaju ke pentas nasional dengan membawa nama Malang. Mereka juga ingin Malang dikenal sebagai kota pendidikan orang-orang lucu.
“Pelawak yang banyak kan Bandung, Jakarta, Tegal. Meski kami berbeda daerah asal, namun kami ingin berangkat dari Malang. Biar masyarakat pada tahu Malang itu yang banyak orang lucu,” harap Durasim yang sehari-hari membantu panitia sertifikasi guru di UM ini.
Belum lama ini kira-kira masih dalam tahun 2007 akhir, sebuah komunitas atau yang biasanya ada di sebuah kampus akbrab dengan panggilan UKM (unit kegiatan mahasiswa).
==========================
DUKUNG MEREKA DENGAN CARA SMS !!!
KETIK API (SPASI) SUMEH KIRIM KE 6288 ================================================
SAKSIKAN MEREKA NANTI MALAM
KAMIS, 14 FEBRUARI 2008
DI TPI PUKUL 19.00/JAM 7 MALAM
==========================
Sumeh, sebuah komunitas lawakanyang ada di lingkungan Universitas Negeri Malang, Berasal dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) Blero yang berarti suara sumbang, Durasim, Mukidi, dan Rohit Dalam saat yang singkat, sudah menunjukkan Sumeh (sebuah group) Lawakan yang berada di lingkungan UM, membawa nama malang ke tinggkat nasional. Mereka melaju ke Jakarta mengikuti audisi API (Audisi Pelawak Indonesia). Grup dengan personel tiga orang itu berhasil menyisihkan 120 grup lawak se-Jatim. Kini mereka mewakili provinsi bersaing di pentas nasional.KETIK API (SPASI) SUMEH KIRIM KE 6288 ================================================
SAKSIKAN MEREKA NANTI MALAM
KAMIS, 14 FEBRUARI 2008
DI TPI PUKUL 19.00/JAM 7 MALAM
==========================
berikut lawakan dari mereka:
“Bahasa Indianya aku cinta padamu apa?,” tanya Mukidi. “Main tumse pyaar kartahoon,” sahut Rohit.
“Kalau aku benci kamu?,” tanya Durasim gantian. “Main tumse nafrath kartahoon,” jawab Rohit percaya diri.
“Kalau, aku naik pesawat terbang dari Malang ke Jakarta, terus duduk di kursi. Aku ngantuk trus nyenggol gelas, gelasnya jatuh. Apa bahasa Indianya,” tanya Mukidi lagi. “Pyar-pyar tumpahe,” sahut Rohit sekenanya seraya tangannya melenggak-lenggok seperti penari India.
Gelak tawa ketiga personel Sumeh bersama rekan-rekannya yang menonton menghentikan sejenak latihan informal di markas UKM Blero, siang kemarin. Mereka melontarkan guyonan-guyonan ke sesama rekannya sambil duduk-duduk di bangku kayu. Menjalin komunikasi dan bercanda di mana pun berada menjadi salah satu cara komedian UM ini menjaga kekompakan saat manggung nanti.
Mereka menyatakan “Latihannya begini ini. Yang penting komunikasi terus menerus,” kata Mukidi yang bernama asli Deny Eko Wicaksono ini.
Dari wajah dan penampilan fisik para pelawak muda ini, sudah ada modal yang membuat orang terpancing untuk tersenyum. Mukidi berwajah orang kebanyakan. Rambutnya keriting dan kulitnya agak legam. Mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sejarah angkatan 2000 ini juga mengaku sebagai orang desa asal Bojonegoro. Logat bicaranya pun Jawa asli.
Dia bisa berakting terus-menerus menampilkan wajah lugu orang desa. Termasuk wajah mlongo ketika mendengarkan orang bicara. “Makanya, karakter peran saya adalah orang desa yang identik dengan ketertinggalan. Orang Indonesia sebenarnya kan banyak yang seperti peran saya. Jadi gak usah isin-isin (malu-malu),” kata Mukidi.
Durasim lain lagi. Pemilik nama asli Hadi Purnomo ini punya modal lucu karena bentuk wajahnya yang memanjang dengan janggut lancip. Namun dia memaksa berpenampilan serius. Sehingga sangat antagonis. Dia pun kebagian sosok dengan karakter serius dan sok tua. Penampilannya nanti dipoles dengan mengenakan kumis lebar dan tebal plus kacamata besar.
“Tokoh saya ini pokoknya jadi peran yang tua-tua. Ya pak RT, pak lurah, atau bapak dari anak-anak ini,” kata Durasim menunjuk dua rekannya.
Sedangkan Rohit juga sudah punya modal fisik untuk memancing senyum. Lajang bernama asli Nur Kholiq ini berwajah tipis, lebih mirip anak-anak. Hidung mancung dan senyum yang lebar cukup pas dengan perannya sebagai orang India asal Magelang. Dengan kemampuan bahasa India yang pas-pasan, mahasiswa jurusan seni desain ini cocok dengan sosok berkarakter India. Apalagi dalam penampilannya nanti dia selalu berkostum dengan ciri khas India.
“Rohit itu kan salah satu tokoh di film-film India masa kini. Kalau dulu ada Kapoor, tuan Takur, sekarang nama Rohit lagi ngetren,” kata pengagum pelawak Kelik Pelipur Lara ini.
Mukidi mengatakan, tim Sumeh menjadi satu-satunya tim pelawak dari Malang yang bakal ikut Audisi Pelawak Indonesia (API) ke-4 yang ditayangkan salah satu televisi swasta. Bersama empat tim lain dari Jatim (dua dari Pasuruan dan dua tim dari Surabaya), mereka akan bersaing dengan 20 tim lain dari seluruh wilayah Indonesia.
“Kami nanti sistem gugur. Setiap tampil, bakal ada penggosongan (istilah eliminasi dalam API),” kata Mukidi yang hendak berangkat ke Jakarta bersama dua rekannya kemarin sore.
Durasim menambahkan, dalam audisi pertama di Surabaya, mereka berhasil menyisihkan sekitar 120 peserta dari seluruh Jatim. Grup yang baru berdiri pertengahan Januari 2008 ini juga bisa mengantongi nilai nomor dua tertinggi dari 120 peserta. “Kami tampil tiga kali dalam audisi di Surabaya. Akhirnya lolos ke Jakarta,” ungkap pengagum Kartolo Cs ini.
Untuk script lawakan, Rohit mengatakan dibuat sederhana dan tidak kaku. Sebab di atas panggung nanti, lawakan lebih banyak bergantung pada kreasi spontanitas dan pemikiran cepat. “Kami memang dituntut cepat dan reaktif. Susahnya melawak kan itu,” katanya.
Terkait jenis lawakan, lanjut Rohit, lebih banyak mengandalkan kata-kata plesetan dan sebisa mungkin meminimalisir lawakan fisik. Materinya pun diupayakan bersifat kritis membangun dan akademis. Dia dan rekannya juga menghindari lawakan-lawakan porno. “Lawakan kata-kata itu lumayan sulit lho,” kata Rohit.
Apa motivasi mereka ikut API? Durasim mengatakan, saat ini pelawak muda di Malang hampir tidak ada. Sepinya pelawak Malang itu setidaknya bisa dilihat dari tayangan di televisi. Dengan kondisi itu, Sumeh ingin melaju ke pentas nasional dengan membawa nama Malang. Mereka juga ingin Malang dikenal sebagai kota pendidikan orang-orang lucu.
“Pelawak yang banyak kan Bandung, Jakarta, Tegal. Meski kami berbeda daerah asal, namun kami ingin berangkat dari Malang. Biar masyarakat pada tahu Malang itu yang banyak orang lucu,” harap Durasim yang sehari-hari membantu panitia sertifikasi guru di UM ini.
==========================
DUKUNG MEREKA DENGAN CARA SMS !!!
KETIK API (SPASI) SUMEH KIRIM KE 6288 ================================================
SAKSIKAN MEREKA NANTI MALAM
KAMIS, 14 FEBRUARI 2008
DI TPI PUKUL 19.00/JAM 7 MALAM
==========================
KETIK API (SPASI) SUMEH KIRIM KE 6288 ================================================
SAKSIKAN MEREKA NANTI MALAM
KAMIS, 14 FEBRUARI 2008
DI TPI PUKUL 19.00/JAM 7 MALAM
==========================
Category:
Berita Kampus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan komentar anda, untuk blog Fisika UM ini. Semoga dengan komentar anda, bisa memberikan masukan kepada kami. Terimakasih